BERAMAL DENGAN NYATA, SEBELUM DATANG SUATU HARI YANG BELUM NYATA

Attamany

Aku menanggung pasukan maka aku tak mengapa Aku ‘kan sambut ia atau pun yang selainnya Aku miliki jiwa merindukan sesuatu yang mulia Akan binasa kelak atau akan kutunaikan hasratnya

Tentang

Salam Ukhuwah

Attamany

Muslim - Muwahid - Mujahid

Tatkala kaum beriman diuji dengan penyakit hati dan kehadiran al-murjifun (para penyebar kabar bohong) di Madinah, ketika tidak tetap lagi penglihatan dan hati sampai naik menyesak hingga ke tenggorokan pada Perang Ahzab, lalu muncullah persangkaan terhadap Allah Ta'aa dengan berbagai macam sangkaan. Sebagaimana diriwayatkan ath-Thabari dan Ibnu Abi Hatim dari Hasan al-Bashri, terkait penafsiran firman Allah Ta'alaa: Dan kamu menyangka terhadap Allah Ta'alaa dengan bermacam-macam purbasangka, (al-Ahzab: 10), dia berkata, Beragam purbasangka: orang-orang munafik menyangka bahwa Muhammad Sholallohu 'alayhi wassalam dan para sahabat beliau akan dikalahkan, dan orang-orang beriman meyakini bahwa apa yang Allah Ta'alaa janjikan kepada mereka adalah benar, Dia akan memenangkannya atas seluruh agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.

Artikel

Ensiklopedi Akhir Zaman - Ebook



Judul E-Book:

Ensiklopedi Akhir Zaman


Jumlah : 

1020 Halaman


Oleh :

Dr. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh


Penerbit : 

Granada Mediatama


Komentar Admin:

Buku tebal karya dari seorang Dr. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh yang di kaji secara rinci dan mendalam dengan manhaj yang sangat lurus dan Insya Allah bisa memberikan pemahaman yang shahih.

Buku ensiklopedi akhir zaman ini menguraikan tentang kehidupan akhir zaman dan tanda-tanda besar hari kiamat.

Berikut Daftar Isinya :

Pasal 1 : Pentingnya Mengetahui Tanda-Tanda Dekatnya Hari Kiamat

Buku Ensiklopedia Akhir Zaman

Daftar isi :

Pasal 2 : Studi Metodologis Terhadap Kajian Tanda-Tanda hari Kiamat

Bab Pertama : Pengantar

Pasal 3 : Pertanda Sughra Hari Kiamat Yang Tidak Dinyatakan Secara Jelas

Pasal 4 : Pertanda Sughra Yang Belum Terjadi

Pasal 5 : Al-Fitan (Fitnah-fitnah)

Pasal 6 : Berita Gembira

Bab Kedua : Tanda-Tanda Besar Hari Kiamat

Pasal 1 : Tanda-Tanda Yang Besar

Pasal 2 : Kejadian Alam Dan Hubungan Nya Dengan Tanda Asap

Pasal 3 : Al-Mahdi Al-Muntazhar

Pasal 4 : Dajjal

Pasal 5 : Periode Isa Alaisalam

Pasal 6 : Ya’juj Dan Ma’juj


Pasal 7 : Tanda-Tanda Berakhirnya Masyarakat Manusia.


DOWNLOAD

Perangkap Setan - Ebook


Judul E-Book:
Perangkap Setan

SubJudul :
Talbis Iblis (Bahasa Arab)

Jumlah : 
410 Halaman

Oleh :
Ibnul Jauzi

Penerbit : 
Pustaka Al-Kautsar

Komentar Admin:
Kitab yang berjudul asli “Tablis Iblis” ini, merupakan salah satu kitab warisan peninggalan semenjak abad ke-5 Hijriah, yang bisa diibaratkan pundi-pundi yang berisi permata bernilai tinggi, hasil goresan tangan ulama ternama, Ibnul Jauzi Al-Baghdadi. Tidak bisa dipungkiri, kitab ini cukup terkenal, sekalipun mungkin hanya sebatas dipendengaran dan bahkan barangkali di kalangan ulama sendiri.

Kalau boleh diibaratkan obat, maka kitab ini termasuk obat yang apling pahit rasanya, tapi sangat manjur khasiatnya. Tidak ada satu pun kelompok umat yang lolos dari sasaran perhatian penulis. Yang sakit diobati agar sembuh dan yang sehat dihimbau agar menjaga kesehatannya, sehingga semua umat Islam tidak terasuki berbagai macam virus yang disisipkan iblis alias setan, sebab dalam menggoda manusia, iblis tidak pandang bulu, apakah dia ulama atau orang awam, kyai atau santri, qari’ atau mustami’, ahli ibadah atau orang yang mengamalkan Islam ala kadarnya. Inilah yang hendak ditekankan penulis, agar setiap muslim mawas diri dari perangkap setan, dengan berbagai macam kiatnya.

Maka dengan didorong rasa pengabdian terhadap ilmu dan Islam, kami hadirkan terjemahan kitab ini kepada pembaca.


DOWNLOAD



Apa Gerangan dengan Hari Ini?!


Al-Faruq Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata, “Demi Zat yang jiwaku berada di genggaman-Nya, seandainya Abu Bakar mematuhi kami, maka kami telah kafir hanya dalam satu pagi, yakni ketika orang-orang meminta keringanan dalam masalah zakat (untuk tidak mengobarkan perang kepada para murtaddin penolak zakat), dan dia menolak pendapat mereka dan mengatakan; ‘Seandainya mereka menahan dariku seutas tali, aku akan mengobarkan jihad atas mereka karenanya.’”
(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah)

Umar juga menegaskan, “Kami hampir saja menjadi kafir hanya dalam satu pagi, seandainya saja Allah tidak menyelamatkan kami melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu.”
(Al-Ibanah Al-Kubra)

Dari Abu Rajaa' Al-‘Utaridi Rahimahullahu, dia berkata, “Aku mendatangi kota Madinah, dan mendapati bahwa orang-orang sedang berkumpul mengelilingi seorang laki-laki yang mencium kepala seseorang, seraya berkata, ‘Aku menjadi tebusanmu, karena jika bukan karena engkau, niscaya kami telah binasa!’ Maka aku bertanya, ‘Siapakah orang yang mencium, dan siapakah yang orang yang dicium?’ Maka mereka menjawab, ‘Itu adalah Umar bin Al-Khathab yang mencium kepala Abu Bakar untuk memerangi orang-orang murtad yang menolak membayar zakat.’” 
(Tarikh Dimasyq)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Demi Allah yang tiada ilah selain-Nya, kalau bukan karena Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, barangkali Allah tidak akan lagi disembah.” Dia mengulanginya sebanyak tiga kali.  

(Tarikh Dimasyq)

Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullahu berkata, “Kalau bukan karena apa yang telah dilakukan Abu Bakar, niscaya manusia telah menjadi kafir karena persoalan zakat hingga Hari Kiamat.”
(Tarikh Dimasyq)

~~~~~~~~

Kalau karena hanya menolak satu syariat saja, yaitu enggan membayar zakat, maka Abu Bakar niscaya akan memerangi mereka, lalu apa gerangan dengan banyak penguasa hari ini yang menolak banyak syariat Allah?

Kalau karena hanya menolak satu syariat saja, yaitu menolak membayar zakat, lalu para ulama menyatakan bahwa manusia kala itu hampir saja menjadi kafir, sehingga mereka berterima kasih kepada Abu Bakar, lalu apa gerangan dengan kondisi manusia hari ini yang menolak banyak hukum Allah?

Pelajaran dari Uhud (2)


Wahai para Mujahidin...

Aku sama sekali tidak mengkhawatirkan banyaknya musuh kalian dan besarnya senjata mereka, aku tidak mengkhawatirkan kalian lantaran berkumpulnya seluruh kekuatan jahat memerangi kalian, atau sikap melemahkan semangat dari saudara-saudara kalian sesama muslim di berbagai belahan dunia. Yang aku khawatirkan justru dari diri kalian sendiri. Aku khawatir kalian terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), merasa lemah dan kalan, kemudian banyak melakukan maksiat.

Kalian bisa mengambil pelajaran dari peristiwa perang Uhud. Allah Ta'alaa berfirman,
"...sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan bermaksiat kepada perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu.."

Ibnu Katsir berkata, "Tadinya keunggulan dan kemenangan berada di pihak Islam pada pagi harinya. Tetapi tatkala para pemanah bermaksiat dan sebagian pasukan merasa gagal, janji kemenangan pun tertunda. Datangnya kemenangan ini disyaratkan adanya keteguhan dan sikap taat."

Peristiwa Uhud ini sungguh telah menorehkan peristiwa yang menakjubkan. Antara lain; Jumlah musuh tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah Kaum Muslimin di pagi hari. Tetapi tatkala bermaksiat, Allah timpakan musibah di sore hari.

Sahabat Jabir radhiyallohu 'anhu, " Ketika pecah perang Uhud, kaum muslimin tercerai berai. Maka Anas bin Nadhr berkata, "Ya Allah, aku memohon udzur kepada-Mu dari perbuatan sahabat-sahabatku, dan aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan orang-orang musyrik itu."

Dulu, setelah pulau Qibriah ditaklukan, Abu Darda' duduk sambil menangis tatkala menyaksikan penduduknya menangis dan dalam kondisi kacau-balau. Ada yang bertanya, "Wahai Abu Darda', apa yang membuatmu menangis di hari ketika Allah memuliakan Islam?" Beliau menjawab, "Celakalah kalian, alangkah rendahnya makhluk di sisi Allah ketika mereka meninggalkan perintah-Nya, padahal mereka dulu adalah bangsa yang menang dan kuat, mereka meninggalkan perintah Allah dan akhirnya menjadi seperti yang kalian lihat."

Wahai para Mujahidin...

Memang, pertolongan kadang tertunda. Tak jarang kekalahan dan luka-luka terjadi pada barisan kalian dan ini bukanlah hal yang aneh, sebab itu adalah sunnatullah pada orang-orang terdahulu, dan tidak ada perubahan pada sunnatullah.

Heraklius berkata kepada Abu Sufyan, "Aku tadi bertanya kepadamu tentang bagaimana kalian memerangi orang itu (Rasulullah Sholallohu 'alayhi wassalam) lantas engkau katakan bahwa peperangan itu silih berganti (kadang menang kadang kalah), memang seperti itulah para Rasul, mereka diuji, kemudian kemenangan akhir ada di tangan mereka."

*catatan Ulama Tsughur

Kepada Para Penggengam Bara (1)


Sejarah kembali terulang, jalan cerita sejarah dari zaman ke zaman tidak pernah berubah. manusia dan pemerannya boleh berubah, peralatan-peralatan boleh berkembang pesat; akan tetapi pentas sejarah tetaplah baku; kisah permusuhan hanya satu, yaitu kebenaran melawan kebatilan; Islam memerangi kekafiran, kejahiliyahan, dan kemunafikan yang terselubung.

Sementara orang-orang lemah dan bernyali rendah memgang tongkat pada bagian tengahnya; satu sisi ia menyatakan bergabung dengan umatnya, tapi di sisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan dunianya sembari menunggu kabut tersingkap dan peperangan berakhir dengan maksud bergabung dengan kelompok yang kuat dan menumpang kapal pihak yang menang. Sungguh teramat jelek apa yang diperbuat orang-orang seperti ini.

Tapi mereka dihentikan oleh orang-orang rabbaniyyun, yang mengangkat bendera di zaman kerusakan, mengangkat kepala di zaman kehinaan, tekad mereka mengarungi angkasa, pergi menuju Allah, Dzat Yang Maha Melihat lagi Maha Mnedengar, meneladani sang pembawa peringatan dan kabar gembira, Muhammad Sholallohu 'alayhi wassalam, mereka orang-orang asing yang wajahnya hangus terbakar angin keterasingan, kaki mereka yang tanpa alas kaki meneteskan darah di sahara yang berkobar oleh api permusuhan. Tidak ada pintu yang mau menerima mereka sehingga mereka mengetuk pintu langit, lalu dibukalah pintu tersebut untuk mereka, langsung dari tengah-tengah surga untuk menghidupkan hati. Tersirat kegembiraan iman dalam diri mereka, sehingga tidak ada seorang-pun dari mereka yang mundur karena mereka marah demi agamanya, walaupun seluruh dunia bersatu-padu membidiknya.

Ummatku....

Sungguh, bahaya telah mencapai klimaksnya. Orang-orrang zalim telah melampaui batas, dan di negeri kita bertebaran orang-orang jahat, serigala-serigala, bahkan anjing-anjing pun, telah berani lancang kepada kita. Semntara manusia tengah kebingungan mencari solusi di tengah fatamorgana padang pasir, padahal solusi itu ada di hadapan mata mereka! Solusi itu adalah jihad fi sabillah.

*catatan Ulama Tsughur

Bilal Dibeli Kembali


The Manuscript of Bilal ibn Rabah– H.A.L. Craig
Aku mendengar suara perbincangan, suara Umayah dengan suara yang lebih perlahan yang tak kukenal. Kucoba membuka mata, namun matahari sekarang berada di puncaknya, membutakan mataku. Mereka berbincang tentang uang, hal yang tak mengherankan. Di Makkah, uang menjadi candu, seakan isi perut manusia digerakkan oleh uang dan waktu dihargakan dalam dirham. Aku tak mau tahu. Kulanjutkan tidurku, aku tak ingin terbangun dalam perbudakan. Tak ingin hidup di bawah sorot mata mereka dan tak juga berada dalam jangkauan perintah mereka. Kutahu kini, sesuatu yang tidak pernah kutahu. Bahkan dalam kematian yang paling buruk pun manusia bisa berencana bagi sesamanya, Tuhan Maha Pemurah. Dia senantiasa menyimpan kasih sayang-Nya dalam jiwa-jiwa manusia.
Aku mendengar suara orang ketiga. Abu Sufyan yang menggenggam kekuasaan pada tangannya, berkata, “Ini menentang aturan sosial yang memperjual-belikan seorang budak dalam hukuman!” Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku. Umayah kemudian menimpali, “Budak itu akan segera mati! Apabila Abu Bakar ingin membeli bangkai ini seratus dirham, adalah rejekiku yang tidak disangka-sangka.”
Nama baru telah diucapkan….Abu Bakar? Mengapa dia kemari? Walaupun menentang teriknya sinar matahari, aku berusaha membuka mataku. Untuk beberapa lama percakapan di sana terhenti. Kemudian sebuah suara yang tidak kukenal, semakin dekat dan memanggil namaku menyeberangi batas panas yang memisahkan aku dengan mereka.
Umayah berdiri di samping budaknya. “Budak ini telah menendang. Aku lihat dia menendang.” Kemudian dia berbisik ke dalam telingaku, “Bangun hai binatang hitam!”
Adalah sebuah pembalikan, begitulah paling tidak. Orang yang telah menendang-nendang dadaku berjam-jam, sekarang mendesak agar aku menguatkan diri untuk tetap bisa bernafas. Sungguh hidup ini lebih sebagai komedi daripada tawa ria.
Kemudian Umayah berbicara lagi, “Tendangannya telah menaikkan harganya, Abu Bakar. Sekarang harganya menjadi dua kali lipat, serahkan uang kepadaku dua ratus dirham dan bawalah dia!”
Mereka mengangkat batu yang menindihku dan melepaskan ikatannya. Bilal telah dijual dan dibeli kembali…hanya dalam jangka satu menit. Seorang laki-laki muda menolongku untuk berdiri. Pertama aku mendapat kesulitan melihatnya. Baru kemudian aku mengenalinya. Dialah Zaid, anak angkat Muhammad [Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam]. Aku tak mengatakan apa-apa. Semua keinginanku lenyap. Dia kemudian mengatakan, “Bilal, engkau telah dibebaskan dari perbudakan.”
Umayah menghitung uang sambil tertawa kecil. “Engkau membayar seharga dua ratus dirham untuknya padahal aku hanya menawarkan seratus dirham saja…” Meledaklah tawanya.
Kemudian aku memandang Abu Bakar, laki-laki yang membebaskanku. “Engkau telah menipu dirimu sendiri, Umayah, “ kata Abu Bakar. “Sekalipun engkau menawarkan seribu dirham untuknya, aku tetap akan membayarnya.” Sungguh hargaku ditinggikan setinggi langit! Abu Bakar mengangkatku dengan satu tangan, Zaid dengan tangan lainnya. Mereka bersama-sama menggotongku, dan aku berjalan setengah menapak. Aku tak bisa meringankan beban mereka, karena kedua kaki ini amat lemah untuk menyangga tubuhku.
Selama lima hari aku terbaring di sebuah kamar yang remang-remang, di rumah Abu Bakar, tertatih-tatih menuju ke arah kesadaran. Samar-samar kurasakan tubuhku diusap minyak, balsam dan handuk dingin. Suatu ketika, kala aku terbangun, aku melihat seorang laki-laki sedang berdoa di sudut kamar namun kemudian aku tertidur kembali. Di pagi yang keenam aku sudah bisa bangun dan melangkahkan kakiku yang pertama untuk menghirup udara segar. Abu Bakar menghidangkan susu kambing untukku. Kemudian ia berkata kepadaku, “Rasulullāh sendiri senantiasa berdoa di sampingmu hingga demammu hilang. Hanya setelah engkau cukup baik, ia meninggalkanmu. Aku belum pernah melihat orang begitu bahagia…’Bilal diterima masuk Islam’, katanya. Esok hari kita berdua akan pergi menjumpainya.”
Mereka mengatakan bahwa aku adalah orang ketiga yang menganut agama Islam. Suatu penghormatan yang paling besar yang mereka berikan padaku. Sesungguhnya aku hanyalah orang kesembilan. Ini memberiku cukup kebanggaan karena aku adalah yang paling hina diantara para sahabat pertama Nabi. Aku benar-benar telah diangkat dari tindihan sebuah batu.

Galeri

Mutiara Nasehat

"Allah yang menjadikan jalan keluar bagi wali-wali-Nya ketika menguji mereka. Dan sungguh saja hal itu terulur dari sebagian mereka pada sebagian waktu sebagai perbaikan akhlak dan tambahan pahala"

Ibnu Hajar rahimahullah

Al-fath (6/483)

Ibnul Mubarak rahimahullah,pernah ditanya : "Kesombongan itu apa..? Beliau menjawab : " Saat engkau meremehkan manusia" Beliau ditanya lagi, "Kalau ujub..?" Beliau menjawab : "Saat engkau menganggap bahwa engkau memiliki satu kelebihan yang tidak dimiliki orang lain"

Ibnul Mubarak rahimahullah

(As-Siyar : 8/407)

"Siapa yang fanatik terhadap orang-orang yang berasal dari negerinya, madzhabnya, thariqahnya, kerabatnya, atau teman-temannya, dan tidak kepada selain mereka, maka pada dirinya terdapat salah satu cabang sifat jahiliyah."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah

Majmu’ul Fatawa, jilid 28 hlm. 422

Admin
0838 xxx xxx
Bogor, Indonesia

Kirim Pesan Untukku